BANDUNG, (PB).- Keragaman budaya dan adat istiadat merupakan bagian dari kekayaan serta potensi masyarakat adat yang belum digali serta dikembangkan dalam dunia pariwisata. Selama ini pemerintah lebih banyak menyoroti masalah ekonomi, sosial maupun budaya dalam upaya pelestarian dan penyelamatan keberadaan masyarakat adat.
"Tapi eksistensi dan keberadaan masyarakat tersebut belum sepenuhnya tergali. Salah satunya menjadikan masyarakat adat bagian dari potensi perekonomian dalam sektor pariwisata," ujar Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jawa Barat, Cecep Rukmana, dalam sambutanya di acara Pinton Ajen Masyarakat Adat Kampung Dukuh Kab. Garut, Sabtu (27/10) bertempat di Alam Santosa Jalan Pasir Impun Atas, Ds. Cikadut, Kec. Cimenyan, Kab. Bandung.
Dikatakan Cecep, keragaman budaya dan adat istiadat dapat memperkaya potensi pariwisata dan perekonomian daerah yang hingga kini belum banyak disentuh. Padahal, sejumlah negara Asia sudah menjadikan alam dan seni budaya tradisi sebagai bagian dari industri pariwisata dan perekonomian masyarakat yang tidak terpisahkan dalam menghadapi ekonomi global.
"Terus terang, hingga saat ini, Jawa Barat maupun negara kita belum sepenuhnya melirik kekayaan dan keanekaragaman seni budaya tradisi sebagai bagian dari industri pariwisata dan ekonomi rakyat. Karenanya sudah menjadi bagian dari tugas kami di Badan Promosi (Pariwisata Daerah) untuk mempromosikan potensi budaya (tradisi) sebagai produk pariwisata," ujar Cecep.
Hal senada diungkapkan Pupuhu Dewan Musyawarah Kasepuhan Masyarakat Adat Tatar Sunda atau Baresan Olot Tatar Sunda, Eka Santosa, yang mengatakan bahwa budaya tradisi yang menjadi keseharian masyarakat adat di Jawa Barat merupakan bagian dari ekonomi kreatif. "Semisal olahan makanan atau kuliner, hasil bumi atau pertanian dan perkebunan, juga hasil kerajinan dan kriya masyarakat adat yang selama ini sudah diakui negara lain, bahkan banyak digunakan di sejumlah hotel dan rumah makan mewah tapi belum mendapat pengakuan," ujar Eka Santosa.
Padahal menurut Eka, kekuatan budaya tradisi atau lokal, di sejumlah negara maju sekalipun, seperti Korea, Jepang, Cina, Thailand dan lainnya sudah menjadi bagian dari industri pariwisata. Kekayaan alam, seni budaya tradisional sudah menjadi penyokong ekonomi global.
Sementara Pupuhu Paguyuban Warga Asal Garut di Jakarta (Asgar Jaya), Imam Hermanto Ditegaskan mengatakan bahwa keberadaan masyarakat adat di Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari keberadaan negara. "Karena keberadaan masyarakat adat akar budaya terpelihara, dan karena akar budaya pula negara ini ada," ujar Imam Hermanto, seraya menambahkan bahwa eksistensi masyarakat adat perlu didukung dan dijaga, demikian pula halnya dengan perekonomian mereka yang dalam hal ini berupa ekonomi kreatif.
Pinton Ajen Masyarakat Adat Kampung Dukuh Kab. Garut, digelar dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 2012 dengan menampilkan keanekaragaman kesenian tradisional, kuliner serta kriya masyarakat Kampung Dukuh. Selain dihadiri Ketua BPPD Jabar, Cecep Rukmana, Pupuhu Paguyuban Asgar Jaya, Imam Hermanto, Kepala Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Jabar, Agus Gustiar, juga dihadiri perwakilan masyarakat adat dari Kampung Naga (Sanaga), Kampung Dukuh, Nagara Sagadu Indramayu, Cikondang, dan Kuta.
SUMBER:www.pikiranrakyat.com